Sunday, March 18, 2018

Cara Merawat dan Membersihkan Telinga dengan Benar

Cara merawat telinga yang tepat agar telinga senantiasa sehat dan terhindar dari infeksi. Telinga merupakan salah satu indra yang berperan penting dalam kehidupan kita. Tanpa adanya indera tersebut, maka secara otomatis mengakibatkan seseorang menjadi bisu. Dikarenakan tidak ada suara yang mereka tangkap atau dengar.
Karena strukturnya yang berlubang, tentunya telinga mudah sekali kotor. Lalu, bagaimana cara merawat telinga yang benar?

Berikut ini tips merawat telinga yang harus sobat perhatikan.
1. Jangan mengorek telinga dengan cottonbud
Mengorek telinga dengan cuttonbud tidak akan mengeluarkan kotoran dalam telinga, tetapi malah akan mendorong kotoran tersebut masuk lebih dalam ke telinga bila di lakukan asal asalan / sembarangan. Telinga mempunyai cara tersendiri yang membuat kotoran di dalamnya keluar dengan sendirinya. Cottonbud hanya cocok membersihkan sela-sela bagian luar daun telinga saja.

2. Tak perlu terlalu bersih saat membersihkan telinga
Untuk merawat kebersihan telinga sobat, tidak perlu membersihkannya terlalu bersih. Paling utama lapisan minyak alias serumen yang ada di bagian telinga. Meskipun terasa lengket dan menjijikkan, serumen tersebut bermanfaat untuk mengikat debu atau serangga kecil ( terutama semut ) yang berusaha memasuki lubang telinga. Serumen itu lama kelamaan bakal mengering dengan sendirinya dan membawa keluar kotoran telinga. Bila ingin membersihkan, pembersihan telinga cukup 1 minggu sekali saja. dapat juga membilas dengan air bersih ketika mandi. tapi jangan terlalu sering. karena bila telinga kering nantinya akan membuat mudah terkena iritasi.

3. Gunakan eardrops ( obat tetes telinga )
Sebelum tidur atau melakukan aktivitas lain yang melibatkan telinga, pastikan kebersihan dari bantal, tempat tidur, dan lain lain. Periksa apa ada serangga atau kotoran di atasnya yang kemungkinan bisa masuk ke telinga . Bila khawatir ada kotoran yang masuk telinga, manfaatkanlah eardrops ketika tidur ataupun berenang.

4. Terapi lilin
Saat ini terapi lilin sudah banyak tersedia dimana saja. Bila merasa banyak kotoran yang menumpuk di dalam telinga, anda bisa datang ke klinik atau salon yang menyediakan perawatan ear candle. Terapi lilin ini sangat berguna untuk mengangkat kotoran yang bersarang dalam telinga, dan mudah di lakukan sendiri. Bila sudah memahami sistem cara pakai dan cara kerjanya, terapi ini bisa melakukan sendiri di rumah ketika sedang berlibur akhir pekan.

5. Jangan menggaruk telinga saat gatal
Gatal pada telinga ditimbulkan oleh adanya eksim atau psoriasis. jangan menggaruknya. Sebab itu malah akan membuat telinga mengalami iritasi. Agar mendapat penanganan yang tepat, segera periksakan ke dokter untuk memperoleh penanganan yang tepat.

6. Mengunyah makanan dengan benar

Walau sedang terburu-buru, usahakan untuk mengunyah tiap makanan dengan baik. Gerakan peristaltik di mulut bisa mendorong kotoran dalam telinga untuk keluar secara otomatis. Agar dapat mengujinya, cobalah mengunyah permen karet.

7. jangan terlalu sering pakai earphone atau headset
Menurut penelitian Huggonet, terlalu sering memakai earphone atau headset dengan suara yang kencang bisa mengganggu fungsi pendengaran. terlalu sering bisa saja menjadi kurang peka dengan bunyi-bunyian, atau justru sebaliknya, sobat jadi terlalu sensitif dengan suara. Oleh sebab itu, kurangi penggunaan earphone, gunakan seperlunya saja maksimal hanya 2 jam sehari memakainya, kemudian biarkan telinga beristirahat selama 6 jam usai penggunaan earphone atau headset.

8. Periksa ke dokter secara rutin
Bila telinga terlanjur bermasalah, sebaiknya periksakan secara berkala ke dokter spesialis THT supaya telinga memperoleh perawatan yang tepat dari ahlinya. Namun bagi yang telinganya tidak bermasalah, usahakan untuk melakukan perawatan sendiri yang sederhana di rumah seperti yang telah kami jabarkan di atas.

Sunday, March 11, 2018

Ciri Anak Yang Pendengarannya Terganggu

Gangguan pendengaran pada anak umumnya sulit untuk disadari oleh orang tua maupun orang lain yang berinteraksi dengan si bayi.

Orangtua seringnya bertanya-tanya, kok anak saya sudah mulai besar tapi belum juga lancar bicara. Dan setelah diperiksakan ke dokter, ternyata gangguan pendengaranlah yang menyebabkan anak mereka belum bisa berbicara.

Lalu, bisakah kita mengetahui adanya gangguan pendengaran pada anak sejak masih bayi? Apa saja penyebab gangguan pendengaran pada anak? Apa yang harus Anda lakukan sebagai orang tua?
Apa penyebab gangguan pendengaran pada anak?

Penyebab gangguan pendengaran pada anak bisa bermacam-macam. Setengah dari seluruh kasus gangguan pendengaran anak disebabkan oleh kelainan genetik, di mana beberapa di antaranya memiliki riwayat gangguan pendengaran menurun di keluarga.

Selain kelainan genetik, gangguan pendengaran pada anak juga bisa disebabkan oleh:
1. Infeksi pada ibu hamil, misalnya infeksi
2. Penggunaan obat-obatan yang ototoksik oleh ibu pada saat hamil
3. Penyulit
4. Trauma lahir
5. Riwayat trauma kepala pada anak
6. Memiliki riwayat kulit kuning (jaundice) sehingga memerlukan transfusi tukar
7. Riwayat infeksi pada otak atau tulang belakang
8. Riwayat infeksi telinga

Seperempat bayi lahir dengan gangguan pendengaran, tapi penyebabnya tidak kunjung diketahui.
Ciri dan gejala gangguan pendengaran pada anak

Meskipun sama-sama memiliki gangguan pendengaran, ciri dan gejala yang ditampilkan bisa berbeda antara bayi dan anak-anak. Semakin lama anak Anda mengalami gangguan pendengaran, maka perkembangannya akan terganggu. Jadi, dengan mengetahui gejalanya secara dini Anda dapat mencegah komplikasi yang lebih berat.

Gejala gangguan pendengaran pada bayi antara lain adalah:
1. Tidak terkejut mendengar suara yang keras
2. Tidak menoleh untuk merespon ke arah sumber suara (pada bayi usia lebih dari 6 bulan)
3. Tidak mengucapkan kata apapun, seperti “dada” atau “mama”, pada usia 1 tahun
4. Tidak menoleh ketika dipanggil namanya, namun mengalihkan pandangannya ketika bayi melihat Anda

Sedangkan gejala gangguan pendengaran pada anak bisa termasuk:
1. Terlambat ulai berbicara atau perkembangan bicaranya tidak sesuai dengan usianya
2. Pelafalan bicara tidak jelas
3. Tidak mengikuti instruksi
4. Berbicara dengan suara yang lebih keras dari biasanya
5. Seringkali berbicara, “Hah?” atau “Apa?” ketika diajak berbicara
6. Sering menyalakan televisi dengan volume suara yang tinggi
7. Anak Anda mengatakan bahwa ia tidak mendengar suara Anda
8. Cenderung menggunakan salah satu telinga ketika mendengar atau mengeluh bahwa ia hanya bisa mendengar di salah satu telinga saja

Secara umum, gejala gangguan pendengaran lebih mudah untuk dideteksi pada bayi dan balita dibandingkan dengan anak-anak yang sudah lebih dewasa dan bisa berbicara dengan lancar.

Pada bayi dan balita, Anda bisa memantau anak Anda dengan menggunakan grafik perkembangan anak. Untuk anak yang sudah lebih besar, Anda harus memperhatikan petunjuk-petunjuk tertentu yang mengarah kepada gangguan pendengaran pada anak Anda. Petunjuk-petunjuk tersebut bisa kurang jelas dan perlu perhatian lebih untuk bisa mengenali gejala tersebut.

Apa akibat dari gangguan pendengaran pada anak?
Anak dengan gangguan pendengaran yang tidak menjalankan terapi akan mengalami gangguan perkembangan bahasa dan berbicara atau pun kemampuan kognitif (berpikir, mengetahui, dan memutuskan) yang ia butuhkan untuk belajar. Anak yang mengalami gangguan pendengaran dari lahir hingga usia 2 atau 3 tahun, memiliki risiko tinggi mengalami gangguan permanen terhadap kemampuan bicara, bahasa, dan belajar.

Dengan identifikasi gangguan pendengaran pada anak sedini mungkin, terapi pun dapat dimulai sesegera mungkin sehingga gangguan perkembangan lebih lanjut pada anak dapat dicegah seminimal mungkin. Dengan alat bantu dengar, diharapkan anak dengan gangguan pendengaran dapat berkembang selayaknya anak normal lainnya.
Yang dapat Anda lakukan untuk mengatasi gangguan pendengaran pada anak dan balita

Jika Anda menemukan ciri-ciri gangguan pendengaran pada anak Anda, jangan ragu untuk segera periksakan anak ke dokter. Semakin lama anak Anda mengalami gangguan pendengaran, maka perkembangannya dapat terganggu.

Dokter anak Anda akan menjalankan rangkaian pemeriksaan pendengaran untuk mengetahui apa spesifiknya yang menjadi gangguan pendengaran pada anak Anda. Selain itu Anda disarankan untuk melakukan pemeriksaan pendengaran bayi sejak dini, karena 80-90% dari kasus gangguan pendengaran pada bayi dapat dideteksi dengan tes pendengaran. Yang perlu diingat adalah meskipun pendengarannya sehat saat bayi, tidak menutup kemungkinan pada usia yang lebih tua gejala gangguan pendengaran baru muncul.